Ada yg berbahaya ketika kamu berbicara (atau bertingkah). Bukan, bukan pada saat kamu berbicara lalu lawan bicaramu marah karena sakit hati. Tetapi ketika kamu berbicara lalu lawan bicaramu tersenyum menyembunyikan sakit hati. Kenapa? Karena jika dia marah, maka kamu tau ada yg salah dengan ucapanmu, lalu kamu bertaubat. Tapi ketika dia bersikap baik2 saja, kamu tidak akan tau bahwa kamu sudah berbuat kesalahan. Think it before you speak 😉 – Read on Path.

#Catatan: Baca Quran Sebelum Meninggal

A: teh, kalo baca al quran jadi masuk surga ya?
B: hmm, kalo baca al quran bisa nambah "point"mu, iya..
A: yaudah aku mau langsung baca al quran aja ah.
B: kan masih iqra?
A: nanti kalo keburu meninggal sebelum baca quran gimana? Gak masuk surga dong.
B: kan lagi belajar biar baca quran nya lancar, insya Allah kalau Allah mau, Farhan bisa masuk surga 😊


Anak kecil aja inget mati, kita?
-Farhan, kelas 2 SD-

I hold myself supremely blest -- blest beyond what language can express; because I am my husband's life as fully as he is mine. No woman was ever nearer to her mate than I am: ever more absolutely bone of his bone and flesh of his flesh.

Charlotte Brontë, Jane Eyre

#Catatan : Vergangenheitsbewältigung

Vergangenheit = masa lalu; Bewältigung = mengatasi [hal-hal negatif, tekanan dan sesuatu yang memberatkan, luka mental dan rasa bersalah] *dikutip dari wikipedia*


Atau dalam bahasa Inggris dapat diartikan “Struggle to overcame the [negatives of the] past.”, dengan kata lain berdamai dengan masa lalu.

Otak manusia cenderung lebih sering merekam kenangan-kenangan pahit dan menyakitkan, dan itu masuk ke long term memory. Tidak heran ketika seseorang sedang bertengkar, dia bisa menyebut2an luka lama -yang seharusnya tidak perlu disebutkan- ke kondisi yang sekarang. Menyulitkan, bukan? Dan juga kita bisa bilang orang2 yang mengalami ini sangat menyedihkan. Karena mereka tidak bisa mengontrol rekam kenangan mereka.